Rabu, 12 April 2017

Membentuk Mental Pejuang
          
Sejarah telah membuktikan bahwa untuk meraih suatu kemenangan, kesuksesan, kehidupan yang lebih baik harus dimulai dengan suatu perjuangan. Fase perjuangan itu sendiri harus hadir barisan para pejuang-pejuang yang tangguh, mereka rela mengorbankan jiwa dan raga, harta dan pemikiran, bahkan keluarga demi meraih cita – cita kemuliaan yang mungkin ia sendiri tidak dapat merasakan kemuliaan itu, tapi akan dirasakan oleh anak keturunanya. Tidak akan datang kehidupan yang lebih baik jika kita hanya berpangku tangan, tidur-tiduran, bermalasan, atau menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak mendatangkan kemanfaatan. Kita banyak belajar dari kisah perjalanan hidup orang-orang sukses pada zaman sekarang, jujur jika kita menilik lebih jauh kehidupan mereka, maka yang akan kita temukan adalah satu kata”perjuangan”….ya hidup itu adalah perjuangan, proses panjang, selalu menjaga stamina perjuangan dan akhirnya kita berharap semoga kita bisa menjadi pemenang.

          Saat ini bangsa kita telah merdeka, apakah kita berhenti dalam berjuang? Apakah sudah tidak dibutuhkan lagi barisan para pejuang? Apakah tidak perlu lagi menumbuhkan mental pejuang pada diri anak- anak kita?....saya yakin anda akan menjawab “TIDAK”. Kita sepakat kita harus terus berjuang, meskipun saat ini perjuangan kita tidak dalam ranah peperangan.

          Sahabat Rasulullah SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”. Saat ini adalah zaman dimana hidup adalah pilihan, hidup adalah persaingan disamping dengan tersedianya segala fasilitas kehidupan yang sering meninabobokkan sehingga manusia lebih sering memilih yang serba instan dibandingkan dengan melakukan suatu proses panjang yang disana didapatkan pengalaman, kebahagiaan, kesedihan, dan kesuksesan.

          Termasuk anak-anak pada zaman ini, lebih ingin memperoleh apa yang mereka inginkan dengan cara yang mudah. Bisa jadi karena anak telah terbiasa dengan kebaikan orang tua yang tidak tega melihat anaknya bersusah payah atau karena anak itu sendiri yang tidak ingin berusaha secara sempurna. Kondisi seperti ini menyebabkan anak tumbuh dengan kepribadian yang lebih mudah putus asa, stress, mudah marah, kurang berempati, kurang sabar, bahkan kurang menghargai suatu hasil. Inilah hasil dari tidak terbiasanya anak-anak kita tumbuh jauh dari mental pejuang.

          Menumbuhkan mental pejuang dapat dimulai pada diri sendiri. Kita ingat apa sabda Rasulullah SAW, bahwa “perang terbesar adalah perang melawan hawa nafsu”. Ternyata setiap harinya kita berperang melawan hawa nafsu yang ada pada diri kita sendiri. Agar menang dalam peperangan ini maka syarat yang harus dipenuhi adalah harus memiliki mental pejuang dalam diri kita sendiri. Adapun perjuangan yang kita lakukan sehari-hari, yaitu:
           Berjuang melawan keinginan, kita lebih senang menonton televisi, bermain game, menggunakan gagjet, nongkrong bareng teman dibandingkan tilawah Al-Qur’an, membaca buku atau membantu orang tua.

          Berjuang melawan kemalasan, malas belajar, malas hafalan Al Qur’an, malas melakukan aktivitas kebaikan dan lebih senang menghabiskan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat.

          Berjuang melawan ketidakberdayaan, banyak orang lebih mengedepankan sikap pesimis  dibandingkan sikap optimis, sehingga akan muncul sikap menyerah, tidak percaya diri dan tidak mau berusaha sebelum mencoba yang sesungguhnya.


          Untuk menghadapi perang yang ada pada diri kita maka mulai saat ini kita harus belajar memahami skala prioritas, sering berkumpul dengan orang-orang yang selalu semangat melakukan kebaikan dan selalu memotivasi diri untuk selalu ingin menjadi pemenang bukan pecundang. Dan ini bisa dilakukan dengan menumbuhkan semangat pejuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar