Membentuk
Mental Pejuang
Sejarah telah membuktikan bahwa untuk meraih suatu
kemenangan, kesuksesan, kehidupan yang lebih baik harus dimulai dengan suatu
perjuangan. Fase perjuangan itu sendiri harus hadir barisan para
pejuang-pejuang yang tangguh, mereka rela mengorbankan jiwa dan raga, harta dan
pemikiran, bahkan keluarga demi meraih cita – cita kemuliaan yang mungkin ia
sendiri tidak dapat merasakan kemuliaan itu, tapi akan dirasakan oleh anak
keturunanya. Tidak akan datang kehidupan yang lebih baik jika kita hanya
berpangku tangan, tidur-tiduran, bermalasan, atau menghabiskan waktu dengan
kegiatan yang tidak mendatangkan kemanfaatan. Kita banyak belajar dari kisah
perjalanan hidup orang-orang sukses pada zaman sekarang, jujur jika kita
menilik lebih jauh kehidupan mereka, maka yang akan kita temukan adalah satu
kata”perjuangan”….ya hidup itu adalah perjuangan, proses panjang, selalu
menjaga stamina perjuangan dan akhirnya kita berharap semoga kita bisa menjadi
pemenang.
Saat ini bangsa kita telah merdeka, apakah kita berhenti
dalam berjuang? Apakah sudah tidak dibutuhkan lagi barisan para pejuang? Apakah
tidak perlu lagi menumbuhkan mental pejuang pada diri anak- anak kita?....saya
yakin anda akan menjawab “TIDAK”. Kita sepakat kita harus terus berjuang,
meskipun saat ini perjuangan kita tidak dalam ranah peperangan.
Sahabat Rasulullah SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib pernah
berkata: “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”. Saat ini adalah zaman dimana
hidup adalah pilihan, hidup adalah persaingan disamping dengan tersedianya
segala fasilitas kehidupan yang sering meninabobokkan sehingga manusia lebih
sering memilih yang serba instan dibandingkan dengan melakukan suatu proses
panjang yang disana didapatkan pengalaman, kebahagiaan, kesedihan, dan
kesuksesan.
Termasuk anak-anak pada zaman ini, lebih ingin memperoleh
apa yang mereka inginkan dengan cara yang mudah. Bisa jadi karena anak telah
terbiasa dengan kebaikan orang tua yang tidak tega melihat anaknya bersusah
payah atau karena anak itu sendiri yang tidak ingin berusaha secara sempurna.
Kondisi seperti ini menyebabkan anak tumbuh dengan kepribadian yang lebih mudah
putus asa, stress, mudah marah, kurang berempati, kurang sabar, bahkan kurang
menghargai suatu hasil. Inilah hasil dari tidak terbiasanya anak-anak kita
tumbuh jauh dari mental pejuang.
Menumbuhkan mental pejuang dapat dimulai pada diri sendiri.
Kita ingat apa sabda Rasulullah SAW, bahwa “perang terbesar adalah perang
melawan hawa nafsu”. Ternyata setiap harinya kita berperang melawan hawa nafsu
yang ada pada diri kita sendiri. Agar menang dalam peperangan ini maka syarat
yang harus dipenuhi adalah harus memiliki mental pejuang dalam diri kita
sendiri. Adapun perjuangan yang kita lakukan sehari-hari, yaitu:
Berjuang melawan keinginan, kita lebih
senang menonton televisi, bermain game, menggunakan gagjet, nongkrong bareng
teman dibandingkan tilawah Al-Qur’an, membaca buku atau membantu orang tua.
Berjuang melawan
kemalasan, malas belajar, malas hafalan Al Qur’an, malas melakukan
aktivitas kebaikan dan lebih senang menghabiskan waktu untuk hal yang tidak
bermanfaat.
Berjuang melawan
ketidakberdayaan, banyak orang lebih mengedepankan sikap pesimis dibandingkan sikap optimis, sehingga akan
muncul sikap menyerah, tidak percaya diri dan tidak mau berusaha sebelum
mencoba yang sesungguhnya.
Untuk menghadapi perang yang ada pada diri kita maka mulai
saat ini kita harus belajar memahami skala prioritas, sering berkumpul dengan
orang-orang yang selalu semangat melakukan kebaikan dan selalu memotivasi diri
untuk selalu ingin menjadi pemenang bukan pecundang. Dan ini bisa dilakukan
dengan menumbuhkan semangat pejuang.